Kamis, 16 Oktober 2008

Current World Financial Situation

Anekdot ini dari teman...



If you have difficulty understanding the current world financial situation, the following should help...



Once upon a time in a village in India , a man announced to the villagers that he would buy monkeys for $10.

The villagers seeing there were many monkeys around, went out to the forest and started catching them.
The man bought thousands at $10, but, as the supply started to diminish, the villagers stopped their efforts. The man further announced that he would now buy at $20. This renewed the efforts of the villagers and they started catching monkeys again.

Soon the supply diminished even further and people started going back to their farms. The offer rate increased to $25 and the supply of monkeys became so little that it was an effort to even see a monkey, let alone catch it!

The man now announced that he would buy monkeys at $50! However, since he had to go to the city on some business, his assistant would now act as buyer, on his behalf.

In the absence of the man, the assistant told the villagers: 'Look at all these monkeys in the big cage that the man has collected. I will sell them to you at $35 and when he returns from the city, you can sell them back to him for $50.'

The villagers squeezed together their savings and bought all the monkeys.

Then they never saw the man or his assistant again, only monkeys everywhere! Welcome to WALL STREET!



Warm Rgds,

Andi Loe

Rabu, 15 Oktober 2008

3 Solusi bagi Indonesia

Saya sudah bosan dengan tingkah pejabat negeri ini. Sebagian besar hanya memikirkan perutnya masing-2 yang sudah buncit itu untuk menambah buncit lagi.
Waktu lebaran kemarin, saya berbincang-bincang dengan keluarga, termasuk membahas tentang kondisi Indonesia.
Untuk mengatasi kebobrokan moral pejabat Indonesia dan mensejahterakan rakyat ada tiga solusi.
1. Mengganti semua pejabat dari lurah hingga presiden dengan orang baru yang fresh belum pernah terjun di politik ato pemerintahan, bisa kalangan akademisi, mahasiswa baru lulus ato freshman lainnya, istilahnya bedol desa negeri Indonesia. (susah tapi mungkin)
2. Mendatangkan malaikat pencabut nyawa untuk menjadi presiden. jika pejabat ada yang korupsi, langsung dicabut nyawanya (mungkinkah??)
3. pelan-pelan diperbaiki moral pejabat dan pembangunan Indonesia secara bertahap berkembang baik (yang sedang berjalan saat ini, status quo)

Just think...

Kamis, 11 September 2008

Good Governance

A Guideline for Islamic Governance
by Mahmoud Ahmadinejad

In the Name of Almighty God, the All-Knowing, the Most Lovingly Compassionate



One's perspective regarding government and governance determines the way one ‎should cooperate with the people. If one recognizes government as a privilege and prey ‎of the governors, then the period of governance can be counted as an opportunity to fulfill ‎the expectations of certain individuals and groups or the ostentation and hedonism of the ‎governors.‎

But if in our view, "government" would be a responsibility before God for ‎establishing justice and a duty to ensure the rights of common people, serving the ‎servants of God and helping the oppressed- then the most important issue will be the ‎people's concerns. If this is the case, governors would not view themselves as better than ‎other people and they wouldn't put themselves in any other position except serving the ‎people.
continue

Senin, 08 September 2008

Quo Vadis Indonesia

Apapun yang menimpa diri tiap manusia, bangsa ato negara baik kemiskinan atopun kesejahteraan sepenuhnya merupakan hasil usaha manusia.

"Allah tidak akan merubah nasib bangsa kamu, jika kamu tidak merubah nasib kamu sendiri"

Orang yang duduk2 di depan beranda rumahnya tidak akan tiba-tiba mendapat uang 100juta....

Penjualan asset negara kepada asing memang seharusnya tidak perlu terjadi jika kita sendiri memang pandai mengelolanya untuk kesejahteraan bangsa...

Perbaikan sektor-sektor vital dan urgent perlu segera dilakukan:

Pertama - Sistem Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor fundamental, tetapi bukan hanya 9 ato 12 tahun saja....
sistem pendidikan lebih penting dipikirkan....materi pendidikan....ruang pendidikan....juga penting.
Sistem pendidikan menaungi keseluruhan strategi hingga action pendidikan ini mau dibawa kemana arahnya....tidak hanya asal2an sisetm coba2 dll
Materi pendidikan harus disediakan secara komprehensif, tidak harus merata tiap sekolah ada, tetapi membangun pusat-pusat pendidikan dilokasi-lokasi strategis Indonesia menjadi urgent.
Ruang pendidikan bukan hanya bangunan fisik, tetapi iklim dan suasana dibangun secara total untuk mengembangkan pendidikan itu sendiri.

Kedua - Kesempatan berusaha yang adil
Citizens diberikan hak untuk berusaha yang adil, artinya akses ke permodalan, informasi, dan kesempatan dijamin oleh pemerintah secara adil, tidak memandang apakah anak pejabat, anak orang kaya, ato dapat memberikan uang sogakan dll. tentu dengan undang-undang yang diberlakukan tegas.

Ketiga - Demokrasi bukan hal yang mutlak
Demokrasi adalah tatanan bernegara yang dibangun oleh berbagai kepentingan. Sistem yang mengutamakan kepentingan orang banyak bukanlah sistem yang mutlak harus dipenuhi. kenyataannya, masyarakat marginal tidak mengikuti sistem yang dibangun walaupun mungkin tampak luar mengikuti tetapi mungkin mereka mengingkari pada hati nuraninya.
JIka sistem mengikuti kepentingan orang banyak, bagaimana dengan masyarakat marginal? Apakah mereka terlindungi secara utuh? Apakah mereka dapat hidup dengan tenang sepanjang masa? mari kita cari jawabannya....
Tetapi sistem yang dibangun Allah, sistem yang dibangun Pencipta Segala Sistem inilah yang sempurna. Tidak merugikan kepentingan orang banyak, tetapi juga melindungi kepentingan yang minor.....

Senin, 25 Agustus 2008

Evaluasi Kinerja

EVALUASI KINERJA : MENARIK TETAPI TERBATAS
Turban (1996) mengatakan bahwa evaluasi kinerja berhubungan dengan seberapa efektif dan efisien operasi sistem informasi. Suatu pemeriksaan kinerja, mengumpulkan, dan mengevaluasi informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini, antara lain :
1. Apakah cukup tersedia pelatihan bagi pengguna sistem informasi?
2. Apakah metodologi dan teknologi terbaik telah digunakan?
3. Apakah sumber daya telah dimanfaatkan dengan optimal?
4. Apakah ada perencanaan sistem informasi?
5. Apakah pengguna terpuaskan dengan layanan atau jasa sistem informasi?

Banyak penelitian tentang pengukuran kinerja, antara lain penelitian tentang pengukuran hasil pada tingkat perusahaan, yaitu melalui earnings growth, rate of return, return on assets, net protit margin, dan earnings on sales. Tetapi pendekatan tersebut mempunyai banyak keterbatasan. Variabel-variabel tersebut masih terlalu umum dan tidak sensitif terhadap dampaknya pada aplikasi sistem informasi. Selain itu, pendekatan tersebut tidak mencukupi dan tidak cocok untuk beberapa kasus. Lebih jauh lagi semua pengukuran tersebut sangat sedikit membantu menjelaskan bagaimana sistem informasi mempengaruhi keunggulan kompetitif perusahaan Anda. Seperti dikatakan Sethi dan King (1994) bahwa pengukuran dengan variabel-variabel tersebut penerapannya sempit dan kurang dapat untuk generalisasi, terutama kaitannya dengan kinerja sistem informasi.

Perspektif Alternatif Evaluasi SIstem Informasi

Evaluasi memberikan feedback yang diperlukan untuk menilai suatu sistem dan dampaknya pada pengguna dan bisnis Anda. Feedback memberikan informasi kepada Anda tentang berbagai penyesuaian yang diperlukan pada sistem informasi yang ada dan penyesuaian yang diperlukan untuk kemungkinan pengembangan sistem informasi pada masa depan. Sistem informasi memang seharusnya dievaluasi seperti fungsi organisasi yang lain.
Menurut Turban (1996) terdapat tiga dimensi dasar untuk mengevaluasi sistem informasi. Pertama adalah evaluasi proses pengembangan, yaitu apakah sistem informasi di perusahaan Anda telah dikembangkan dengan tepat. Kedua, evaluasi tentang berbagai informasi yang disediakan. Dan ketiga adalah evaluasi kinerja sistem informasi. Mari kita membahas secara lebih mendetail tentang tiga dimensi dasar evaluasi sistem informasi ini.
TAHAP AWAL: EVALUASI PENGEMBANGAN
Evaluasi proses pengembangan terutama berkaitan dengan apakah sistem telah dikembangkan sesuai dengan perencanaan dan anggaran. Sistem informasi yang dikembangkan sesuai perencanaan dan sesuai dalam anggaran yang ditetapkan tidak banyak ditemui. Perusahaan jarang bahkan tidak pernah melakukannya. Banyak sistem informasi yang dikembangkan tanpa perencanaan dan anggaran yang jelas. Turban (1996) menemukan dalam suatu survei bahwa 75% dari 261 perusahaan di Amerika Serikat yang mengembangkan sistem informasi tidak melakukan evaluasi. Tidak ada pengukuran terhadap apa yang telah mereka lakukan dan tidak tahu kapan serta dimana mereka melakukan kesalahan. Dengan penemuan baru, pengembangan sistem informasi tradisional, peningkatan pengalaman, dan pemahaman yang lebih baik atas pengembangan sistem oleh manajer dan pengembang sistem telah menghasilkan tekanan yang lebih besar pada pengendalian dan perencanaan sistem informasi. Sehingga pengembangan sistem informasi terus berlanjut. Namun evaluasi ini baru sebatas pada proses pengembangannya dan belum menyentuh inti permasalahan penggunaan sistem dan kebutuhan pengguna akan informasi itu sendiri.

MASIH PERMULAAN: EVALUASI INFORMASI
Suatu sistem informasi yang baik adalah yang dapat menyediakan dengan tepat perhitungan yang benar, pemrosesan transaksi dengan efisien, dan laporan yang tepat waktu. Masih menurut Turban (1996), suatu sistem yang dapat berfungsi dengan baik tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan bukanlah sistem yang tepat. Suatu sistem harus dievaluasi pada tingkatan mana informasi tersebut memenuhi atau tidak kebutuhan pada proses pembuatan keputusan perusahaan. Inilah salah satu faktor penting sistem informasi dalam melipatgandakan keuntungan bisnis Anda.
Kemampuan sistem menghasilkan informasi dapat dievaluasi melalui kepuasan pengguna. Semakin memberikan kepuasan yang besar yaitu kemampuan sistem menyediakan informasi yang dibutuhkan pengguna, maka semakin baik kinerja sistem tersebut. Kepuasan dengan sistem informasi yang ada berkorelasi positif dengan kemampuan sistem memenuhi kebutuhan untuk pembuatan keputusan (Turban, 1996). Kemampuan sistem untuk menyediakan informasi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan model UDMISS (DeLone dan McLean, 2003).

Jumat, 15 Agustus 2008

Evaluasi Sistem Informasi: Penting Gak Seh....

EVALUASI SISTEM INFORMASI: PENTING ATAU TIDAK?
Evaluasi sistem informasi membutuhkan integritas dan komitmen manajemen dan pemegang saham. Beberapa hal penting Anda cermati berkaitan dengan penting tidaknya evaluasi sistem informasi. Pertama, perlu disadari bahwa perusahaan Anda telah melakukan investasi pada sistem informasi. Sistem informasi dianggap sebagai investasi bukan biaya. Oleh karena itu, sistem informasi yang digunakan harus dapat memberikan imbal-balik atas investasi Anda tersebut. Sistem informasi tersebut harus dapat menghemat waktu, biaya dan sumberdaya lainnya serta mendukung pengambilan keputusan dengan tepat. Sebagaimana lazim diketahui bahwa sistem informasi selain terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras juga manusia pengguna sistem tersebut, maka kesuksesan sistem informasi tak lepas dari kapasitas dan kemampuan pengguna serta kepuasan pengguna dalam berinteraksi dengan sistem informasi yang digunakan.
Evaluasi sistem informasi bermanfaat sebagai masukan bagi manajemen perusahaan Anda tentang seberapa besar kontribusinya bagi perusahaan. Selain itu, dapat meningkatkan sistem informasi yang digunakan bagi tujuan strategis perusahaan. Terakhir, dapat meraih keunggulan kompetitif dengan pemanfaatan sistem informasi yang lebih luas.

Sistem Informasi dalam Perspektif

Sistem informasi adalah sekelompok manusia, software, hardware, prosedur, dokumentasi, masukan, dan keluaran yang digunakan untuk mengelola data bisnis. Sistem informasi juga merupakan paket lengkap dari komponen-komponen pembangunya dan hubungan diantara komponen itu (Martin, 1991). Selaras dengan itu, Jogiyanto (2005) mengemukakan enam komponen sistem informasi, yaitu:
1. Masukan,
2. Model,
3. Keluaran,
4. Database,
5. Teknologi dan
6. Pengendalian.
Sistem informasi secara teknis diartikan sebagai sekumpulan komponen yang bekerja sama dalam pengumpulan, penyimpanan, penyebaran informasi untuk mendukung pembuatan keputusan, koordinasi, operasi bisnis, analisis, dan penampilan objek dalam perusahaan (Laudon & Laudon, 1999). Sistem informasi mengandung informasi tentang sumberdaya manusia, tempat, dan segala sesuatu dalam perusahaan. Menurut Whitten dkk (1994), sistem informasi berarti pengaturan, orang, aktivitas, data, jaringan dan teknologi terintegrasi untuk mendukung dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam perusahaan. Oleh karena itu, sistem informasi adalah sekelompok komponen yang terintegrasi atau prosedur yang bekerja sama untuk membentuk sistem informasi dalam pengumpulan, penyimpanan, penyebaran informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, operasi bisnis, analisis dan penampilan objek dalam perusahaan.

Information on Way

Setelah Anda memahami tentang apakah suatu sistem itu, maka tahap selanjutnya adalah pemahaman tentang informasi. Informasi adalah sekumpulan data yang telah diubah menjadi bentuk yang berguna untuk pengguna yang memberikan nilai atau pengetahuan sesuai dengan kondisi yang ada (Senn, 1990). Sedangkan data adalah kumpulan dari fakta-fakta yang belum diatur dan dikelola. Dan data dapat digunakan untuk menghasilkan informasi (Whitten dkk, 1994).
Informasi dapat terdiri dari atribut-atribut, baik sebagai atribut mandiri maupun sebagai sekumpulan informasi. Atribut informasi adalah karakteristik yang berarti bagi pengguna, yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Akurat,
2. Berbentuk kualitatif,
3. Berbentuk kualitatif,
4. Berupa grafik, angka, atau ringkasan,
5. Banyaknya pemrosesan informasi,
6. Seberapa luas cakupan informasi , dan
7. Waktu dibutuhkan untuk mengakses informasi itu.
Senn (1990) dan Jogiyanto (2005) menekankan bahwa informasi harus mengandung tiga pilar utama, yaitu:
1. Relevansi,
2. Waktu, dan
3. Akurasi.

Systems on Track

Sistem dapat didefinisikan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan komponen dan pendekatan prosedur. Pendekatan komponen berkaitan dengan interkoneksi komponen-komponen atau fungsi-fungsi sistem yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Walaupun komponen-komponen itu dirancang dengan baik, efektif, dan terbaru, namun sistem tidak dapat berjalan lancar jika tiap komponen tidak bekerja sama. Contohnya sistem penglihatan pada manusia. Komponen-komponen pembentuknya adalah bola mata, retina, lensa mata, urat syaraf mata, dan sebagainya. Bila salah satu komponen tersebut tidak berfungsi maka sistem penglihatan tidak akan berjalan. Maka akan timbul mata minus, positif, silinder, katarak, dan sebagainya.
Suatu sistem bisnis mempunyai tiga komponen utama, yaitu masukan, proses dan keluaran. Masukan adalah aktivitas mengambil data ke dalam sistem untuk selanjutnya diproses. Sedangkan keluaran adalah aktivitas menampilkan data masukan yang telah diproses sesuai dengan tujuan akhirnya.
Sedangkan menurut Martin (1999) seorang pakar sistem informasi di Amerika Serikat dan Jogiyanto (2005) seorang pakar sistem informasi di Indonesia, sistem adalah sekumpulan prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sehingga, sistem dengan pengertian tersebut sering dikenal sebagai sistem dengan pendekatan prosedur.

Teori or No Teori

Teori? Untuk apa teori? Saya butuh implementasi nyata, bukan teori. Teori hanya ada di bangku kuliah untuk mahasiswa. Saya lebih mempercayai praktik dan kiat-kiat dari pebisnis sukses bukan dari peneliti atau konsultan yang hanya duduk dibelakang meja.
Apakah Anda berpikir seperti itu? Anda tidak salah dengan pemikiran itu. Namun, coba Anda berhenti sejenak dengan pemikiran itu dan menenangkan hati. Gali lebih dalam pikiran Anda. Mari dengan tenang resapi makna teori.
Coba Anda buka beberapa website perusahaan terkemuka. Atau cari nama perusahaan yang Anda kenal di search engine, seperti Google atau Yahoo!. Anda masuk ke website perusahaan itu dan cari bagian yang berisi top eksekutif. Anda akan temukan para top eksekutif itu bergelar doktor atau master. Coba Anda perhatikan juga beberapa menteri kita juga mempunyai gelar doktor atau master.
Anda mungkin berpikir mereka bergelar doktor atau master tidak ada kaitannya dengan teori. Namun, kembali kita ke hati yang jernih. Mereka belajar di bangku kuliah hingga gelar doktor tidak lain adalah untuk memperkuat teori mereka yang nantinya untuk dipadukan dengan implementasi di bisnisnya.
Tidak ada yang salah dengan teori. Hanya saja penerapannya yang tidak semestinya atau tidak tepat. Atau teori itu tidak teruji dengan baik secara ilmiah maupun praktis. Jangan Anda menerapkan teori evaluasi sistem informasi pada sebuah warung pecel. Walaupun mungkin bisa tetapi membutuhkan energi dan biaya yang tidak sepadan.
Nah, mari kita diskusikan beberapa teori yang berkaitan dengan sistem informasi. Pemahaman dasar ini akan memperkaya pengetahuan Anda sehingga dapat melihat gambaran utuh dalam melakukan evaluasi sistem informasi di perusahaan Anda. Cakrawala bisnis Anda akan semakin kaya dengan pemahaman ini. Sehingga, Anda menjalankan bisnis dengan teratur dan mempunyai pedoman dan arah yang jelas.

Bisnis dan Sistem Informasi 2

Nah, disinilah evaluasi sistem informasi berperan. Sistem informasi harus dievaluasi tentang manfaat dan kegunaannya pada bisnis Anda. Mengapa demikian? Sudah banyak perusahaan yang mengembangkan atau membeli sistem informasi dengan harga, tenaga dan waktu yang tidak sedikit dan tidak sesuai dengan kebutuhan bisnis maupun penggunanya sebagai pelaku bisnis.
Disinilah persimpangannya. Seolah bisnis Anda seharusnya bergerak lurus dan dengan kecepatan tinggi karena didukung oleh sistem informasi yang efektif, namun sebaliknya menjadi bergerak berkelok-kelok dan lambat karena pengguna tidak mau atau setengah-setengah menggunakan sistem informasi itu.
Pengguna dapat melakukan evaluasi sistem informasi. Itu adalah konsep utama yang harus Anda percayai. Pengguna merupakan pilar utama kesuksesan penggunaan sistem informasi. Anda mungkin bertanya bagaimana melakukan evaluasi sistem informasi pada bisnis? Para manajer bisnis Anda menggunakan sistem informasi untuk apa saja? Untuk jawaban pertanyaan itulah buku ini membahas tentang evaluasi sistem informasi. Anda akan ditunjukkan bagaimana melakukan evaluasi sistem informasi berdasarkan model UDMISS yang terdiri dari evaluasi kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas layanan, penggunaan, kepuasan pengguna, dan manfaat. Selain itu, Anda dapat pula mengidentifikasi penggunaan sistem informasi dalam bisnis Anda. Apakah digunakan sepenuhnya untuk operasional bisnis atau tidak? Apakah sistem informasi bisnis Anda optimal atau tidak? Mari kita bahas secara menyeluruh dalam bab-bab selanjutnya.

Bisnis dan Sistem Informasi 1

Para manajer perusahaan mengolah bisnis Anda sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan pasar. Tentu inilah yang Anda harapkan. Mereka menggunakan sistem informasi dalam operasional bisnis sehari-hari. Mereka juga berpendapat bahwa sistem informasi mampu menghemat waktu kerja, biaya, dan sumberdaya serta untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam pengambilan keputusan bisnis. Pendeknya, mereka yakin sistem informasi dapat mempermudah pekerjaan mereka sekaligus memberikan keuntungan berlipat pada Anda.
Tujuan ini menarik, namun apakah Anda yakin akan hal itu? Apa bukti bahwa sistem informasi memang memberikan kontribusi seperti itu? Mungkin para manajer Anda mengatakan bahwa setelah menggunakan sistem informasi baru, penjualan meningkat dan demikian pula dengan laba bersih perusahaan. Biaya-biaya menjadi lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Nanti dulu, jangan terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa semua itu disebabkan karena implementasi sistem informasi baru. Apakah bukan karena kondisi ekonomi yang membaik? Apakah bukan karena menemukan pemasok baru yang lebih kompetitif? Apakah karena produk Anda diminati karena produk lain telah hilang atau menurun produksinya? Atau justru sebaliknya. Para manajer menyalahkan sistem informasi sehingga menyebabkan kinerja mereka menjadi turun karena harus beradaptasi dengan sistem baru itu. Anda membutuhkan suatu alat evaluasi yang memberikan informasi langsung atas kinerja dan manfaat sistem informasi bisnis Anda.

Ada Apa antara Anda dengan Sistem Informasi 2

Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita kembali meneropong bisnis yang Anda tekuni. Bisnis Anda, jika menggunakan sistem informasi maka setidaknya melibatkan tiga komponen utama, yaitu Manusia, hardware dan software. Apa kaitannya ketiga komponen ini dengan evaluasi sistem informasi? Hardware akan berkaitan dengan riset arsitektur hardware, sedangkan software akan terkait dengan riset pemrograman database. Dan manusia berkaitan dengan riset pengguna dan sistem informasi. Hal terakhir inilah yang akan menjadi fokus pembahasan dalam buku ini. Mengapa berfokus pada manusia? Jawabannya tidak lain bahwa manusia adalah inti dari semua bisnis yang Anda tekuni walaupun hanya membutuhkan seorang saja. Dari bisnis tradisional seperti jaringan ritel Indomaret, kios batik di pasar Klewer Solo, hingga bisnis berbasis Internet dan e-commerce seperti e-Bay, Google, Yahoo!, semuanya membutuhkan manusia untuk menjalankan bisnis itu.
Tidak jauh beda di Amerika Serikat, Martin pada tahun 1994 mengungkapkan bahwa perusahaan dan para manajernya perlu melakukan evaluasi atas kontribusi sistem informasi pada kesuksesan bisnis dan hingga pada tingkatan mana membantu mencapai posisi kompetitif bisnis itu sendiri. Hal yang sama diungkapkan pula oleh Sethi dan King, peneliti terkemuka dalam bidang sistem informasi di Amerika Serikat pada tahun 1994. Sedangkan Morris dan Dillon pada tahun 1997 mengemukakan pentingnya pengukuran kesuksesan sistem informasi atas investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Dari pengukuran dan metode evaluasi yang ada, DeLone and McLean pada tahun 1992 menyajikan sebuah model untuk mengukur kesuksesan sistem informasi yang terkenal dengan sebutan Model DeLone and McLean Information Systems Success (DMISS). Model evaluasi ini mencoba membawa kehadapan kita suatu struktur variabel-variabel kesuksesan sistem informasi dan dasar bagi kita untuk menyederhanakan proses evaluasi sistem informasi. Sudah lebih dari 300 artikel dan jurnal yang mereferensikan dan menggunakan model ini dalam penelitian mereka. Kepopuleran inilah menjadi bukti bahwa model DMISS adalah model dasar yang layak digunakan sebagai model evaluasi sistem informasi. Hingga pada tahun 2003, DeLone and McLean melakukan revisi model tersebut untuk disesuaikan dengan perkembangan lingkungan bisnis dan kemajuan teknologi yang disebut sebagai Model Updated DeLone and McLean Information Systems Success (UDMISS). Karena kepopuleran dan bersifat komprehensif layaknya model UDMISS ini digunakan sebagai model untuk melakukan evaluasi sistem informasi bisnis. Oleh karena itu, kita akan menggunakan model UDMISS ini sebagai dasar evaluasi sistem informasi bisnis Anda.
Nah, buku ini akan difokuskan pada evaluasi sistem informasi dari sisi pengguna dengan menggunakan model UDMISS tersebut. Informasi yang dihasilkan dari evaluasi sistem informasi yang dibahas dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan keputusan bisnis Anda dalam bentuk rekomendasi manajemen untuk peningkatan sistem informasi yang ada.

Ada antara Anda Sistem Informasi 1

Kita semua, termasuk Anda pasti mempunyai ketertarikan atau setidaknya memperhatikan permasalahan seluk-beluk sistem informasi. Jika tidak maka Anda tidak akan membaca buku ini. Demikian juga para praktisi dan peneliti mempunyai ketertarikan dan pemahaman besar terhadap permasalahan sistem informasi. Pertanyaan yang selalu membayangi mereka adalah “Mengapa banyak pengguna tidak mau menggunakan komputer atau sistem informasi yang dibangun perusahaan untuk membantu mereka meningatkan atau bahkan mengembangkan kinerjanya?” Oleh karena itu, para peneliti sistem informasi merancang, mengembangkan, mengevaluasi dan memperkirakan bagaimana respon pengguna atas penerapan teknologi baru di ruang lingkup kerja mereka (Gould, Boies, dan Lewis, 1991).

Meskipun masih sering diperdebatkan, perancangan dan evaluasi adalah isu yang terpisah dan terdapat banyak pertanyaan, seperti dinyatakan oleh Dillon pada tahun 1994. Bagaimana mengimplementasikan hasil evaluasi menjadi bentuk interface sistem informasi? Para analis perancangan sistem bekerja keras untuk menjawab pertanyaan ini. Mereka berupaya mengubah paradigma “dapatkah Anda menggunakan suatu sistem” menjadi “akankah Anda menggunakan suatu sistem”. Tentu saja sistem yang dimaksud adalah sistem informasi bisnis di perusahaan Anda.

Anda; baik sebagai pemilik perusahaan, perancang sistem informasi, maupun pengguna sistem informasi, harus menetapkan keyakinan diri bahwa sistem informasi merupakan alat bantu yang dapat dieksploitasi secara maksimal dalam operasional maupun pendukung keputusan bisnis Anda. Keyakinan ini merupakan inti dari kemauan atau political will yang akan bermanfaat bagi kemulusan penerapan sistem informasi khususnya bagi pengguna sistem informasi di perusahaan Anda ketika hal ini dikomunikasikan kepada mereka. Dapat dikatakan bahwa keyakinan Anda sebagai pemilik atau pengendali perusahaan merupakan spirit implementasi sistem informasi itu sendiri.

Tentu saja Anda sudah memahami dengan baik bahwa perubahan situasi dan kondisi bisnis akhir-akhir ini adalah konstan dan terus-menerus. Artinya, dunia bisnis yang Anda hadapi mengalami kepastian perubahan dan jangan berharap adanya status quo. Begitu pula dengan perubahan kemajuan teknologi dan sistem informasi. Perubahan-perubahan tersebut tentu harus direspon positif untuk kemajuan bisnis Anda.

Sudah menjadi hal wajar, Anda akan menilai suatu bisnis yang Anda tekuni lama maupun investasi baru Anda dengan berbagai alat finansial. Anda melakukan perhitungan net present value, internal rate of return, cash flow analysis, price earning ratio, dan sebagainya. Hasilnya, apakah bisnis Anda memberi laba atau tidak, apakah investasi yang ditawarkan menguntungkan, atau sebaliknya.

Begitu pula dengan sistem informasi. Anda mengeluarkan dana untuk sebuah sistem informasi yang tidak murah. Relakah Anda jika dana itu sia-sia? Relakah sistem informasi yang Anda bangun tidak digunakan dan akhirnya mirip seperti mobil rongsokan? Relakah Anda justru mengalami kerugian karena membangun sistem informasi? Jika jawaban Anda adalah ya, maka jangan teruskan membaca buku ini. Namun, jika Anda menjawab TIDAK, maka Anda akan penasaran hingga membaca tuntas buku ini dan menemukan manfaatnya.

Permasalahan yang sering muncul dalam investasi pada sistem informasi tidak serumit yang diperkirakan tetapi juga jangan diremehkan. Jika Anda menghadapi permasalahan tersebut, Anda tidak sendirian. Sudah banyak perusahaan menginvestasikan dananya untuk sistem informasi. Seberapa besar nilai investasi itu? Bagaimana kita menilainya? Apa manfaat yang didapatkan dari sistem informasi itu? Itulah sedikit contoh permasalahan yang timbul.

Setidaknya, ada dua alasan utama mengapa evaluasi investasi pada sistem informasi menjadi penting. Pertama, Anda telah mengalokasikan sumberdaya yang besar untuk investasi pada sistem informasi. Senada dengan itu, Willcocks pada tahun 1996 mengemukakan bahwa perusahaan publik di Inggris pada tahun 1995 menghabiskan anggaran 33,6 milyar poundsterling dan diperkirakan meningkat sebesar 8,2%, 7%, dan 6,2% pada tahun-tahun berikutnya. Angka tersebut adalah rata-rata 2% dari nilai turnover-nya. Bahkan bila dibandingkan dengan pembelanjaan di Amerika Serikat yaitu 2,7% dari nilai turnover-nya dibelanjakan untuk investasi pada teknologi informasi atau sistem informasi. Hal yang sama diungkapkan oleh Maglitta dan Sullivan-Trainor pada tahun 1991. Willcock, Maglitta, Sullivan dan Trainor adalah para peneliti dan pemerhati sistem informasi terkemuka yang telah sering mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal-jurnal internasional dan menjadi acuan pula bagi praktisi disana.

Bersamaan dengan meningkatnya pembelanjaan pada sistem informasi dan iklim kompetitif serta ekonomi global yang kita hadapi saat ini, perhatian bisnis telah dipusatkan pada pengukuran keefektifan sistem informasi, justifikasi biaya dan pengendalian biaya. Antara tahun 1984 hingga 1997, permasalahan tersebut menjadi pusat perhatian utama diantara studi-studi berkaitan dengan sistem informasi di Amerika, Inggris, Teluk, dan China termasuk studi tentang evaluasi sistem informasi (Dickson dan Nechis, 1984; Niederman dkk., 1991; Badri, 1992; Clark, 1992; Price Waterhouse, 1992; Galliers, 1993; Wang dan Turban, 1994; Pollard dan Hayne, 1996; serta Pervan, 1997).

Dilain pihak, jika Anda mendengar kata evaluasi maka dalam pikiran Anda akan menghadapi semacam ujian-ujian atau tes-tes yang rumit. Dan hasilnya adalah baik atau buruk, lulus atau gagal, dan sebagainya. Anda tidak salah, hanya saja evaluasi sistem informasi bukan berupa tes baik dan buruk, salah dan benar, atau lulus dan gagal. Evaluasi sistem informasi lebih cenderung semacam riset atas sistem informasi yang digunakan di perusahaan Anda. Riset ini dapat bermacam-macam, dari segi rancangan pemrograman sistem informasi, riset arsitektur database, arsitektur hardware, dan riset pengguna, dan sebagainya.

Rabu, 23 Juli 2008

Peranan Penilaian

Peran Penilaian
Penilaian dapat berguna untuk berbagai keperluan. Peran yang dimainkan dapat berbeda untuk aset berbeda. Setidaknya terdapat tiga area penilaian yaitu penilaian dalam manajemen portofolio, analisis akuisisi dan keuangan korporat.
Penilaian dalam Manajemen Portofolio
Peran penilaian dalam manajemen portofolio sebagian besar ditentukan oleh filosofi investasi yang diyakini oleh investor. Penilaian memainkan peran kecil dalam manajemen portofolio untuk investor pasif tetapi memainkan peran besar bagi investor aktif. Diantara investor aktif, peran penilaian berbeda untuk investasi aktif yang berbeda. Investor yang menggunakan market timing tidak banyak memakai penilaian pada investasi jangka panjang dan berfokus pada penilaian pasar daripada penilaian perusahaan individual. Diantara pemilih sekuritas tertentu (portofolio), penilaian memainkan peran sentral dalam manajemen portofolio bagi analisis fundamental dan membantu dalam analisis teknikal.
Analisis Fundamental. Tema utama dalam analisis fundamental adalah nilai sesungguhnya dari perusahaan yang dapat terkait dengan karakteristik keuangan, seperti prospek pertumbuhan, risiko dan arus kas. Setiap penyimpangan dari nilai sesungguhnya adalah tanda bahwa saham tersebut undervalue atau overvalue. Hal ini merupakan strategi investasi jangka panjang dan asumsi utama terletak pada (1) hubungan antara nilai dan faktor keuangan utama dapat diukur, (2) hubungan tersebut stabil sepanjang waktu dan (3) penyimpangan dari hubungan dibenarkan untuk periode waktu tertentu.
Penilaian adalah fokus utama dari analisis fundamental. Beberapa analisis menggunakan model arus kas didiskonto (discounted cash flow) untuk menilai perusahaan sedangkan analisis lain menggunakan metode pelipatan seperti rasio harga-pendapatan (price-earnings ratio) dan rasio harga-nilai buku (price-book value ratio). Investor yang menggunakan pendekatan ini memegang saham undervalue dalam porsi besar pada portofolio mereka maka mereka berharap agar kinerja portofolio mereka lebih baik daripada pasar.
Pembeli Waralaba. Filosofi pembeli waralaba (franchise) diekspresikan dengan baik oleh seorang investor yang sangat sukses yaitu Warren Buffet yang mengatakan bahwa dia hanya memasuki bidang bisnis yang dikuasainya. Artinya saham tersebut harus mempunyai karakteristik relatif sederhana dan stabil. Jika sebuah bisnis kompleks dan mudah berubah maka sulit untuk memprediksi arus kasnya. Pembeli tipe ini berkonsentrasi pada sedikit bisnis yang dikuasai denga baik dan mencari perusahaan yang undervalue. Pembeli waralaba mempunyai pengaruh pada manajemen dari perusahaan-perusahaan ini dan dapat merubah kebijakan keuangan dan investasi. Asumsi utama dalam investasi jangka panjang adalah: (1) investor yang memahami suatu bisnis dengan baik berada pada posisi untuk menilai perusahaan dengan tepat, dan (2) bisnis undervalue tersebut dapat diperoleh tanpa menggerakkan harga dibawah nilai sesungguhnya.
Penilaian memainkan peran kunci dalam filosofi ini sebab pembeli waralaba tertarik pada bisnis tertentu yang dipercayai undervalue. Mereka tertarik seberapa besar tambahan nilai yang dapat diciptakan dengan restructuring bisnis dan menjalankannya secara benar.
Grafik Pergerakan Saham. Para analis teknikal atau disebut Damodaran sebagai Chartist percaya bahwa harga saham banyak dikendalikan oleh psikologi investor daripada oleh variabel keuangan utama. Informasi yang tersedia dari perdagangan seperti pergerakan harga, volume perdagangan, short sales dan sebagainya memberikan indikasi pada investor psikologis dan pergerakan harga di masa mendatang. Asumsi yang dipercayai adalah bahwa harga bergerak dalam bentuk yang dapat diprediksi dan tidak cukup banyak investor marjinal yang dapat mengambil keuntungan dari bentuk tersebut untuk mengeliminasinya. Lebih jauh lagi, adanya asumsi sebagian besar investor dikendalikan oleh emosi daripada analisis rasional. Walaupun penilaian tidak berperan banyak dalam analisis grafik teknikal ini, namun penilaian dapat membantu menentukan garis batas dalam grafik pergerakan harga.
Informasi. Harga bergerak berkaitan dengan informasi tentang perusahaan. Investor berdagang menggunakan keunggulan informasi baru yang dimilikinya atau dalam waktu singkat setelah informasi disebarkan di pasar dengan cara menjual pada berita buruk dan membeli pada berita baik. Asumsi utamanya adalah bahwa investor dapat mengantisipasi pengumuman informasi dan mengukur reaksi pasar lebih baik dari rata-rata investor kebanyakan dalam pasar. Fokus utama investor tipe ini adalah hubungan antara informasi dan perubahan dalam nilai daripada nilai itu sendiri. Oleh karena itu, investor mungkin membeli saham meskipun dinilai overvalue jika dipercaya bahwa pengumuman informasi berikutnya akan menyebabkan naiknya harga saham karena berisi berita yang lebih baik dari yang diharapkan. Jika terdapat hubungan antara bagaimana perusahaan undervalue atau overvalue dan bagaimana harga sahamnya bereaksi terhadap informasi baru, maka penilaian dapat memainkan peran dalam melakukan investasi.
Market Timing. Investor yang memperhatikan hal ini percaya dengan argumen bahwa lebih mudah untuk memprediksi pergerakan pasar daripada memilih saham dan prediksi tersebut dapat berdasarkan faktor-faktor yang dapat diobservasi. Strategi market timing dapat menggunakan penilaian dalam dua cara yaitu: (1) pasar keseluruhan dapat dinilai dan dibandingkan pada tingkat saat ini, dan (2) model penilaian dapat digunakan untuk menilai semua saham dan hasil analisis silang (cross-sectional analysis) ini dapat digunakan untuk menentukan apakah pasar overvalue atau undervalue. Misalnya sejumlah saham yang overvalue dinilai dengan menggunakan model dividen didiskonto, meningkat relatif terhadap jumlah yang undervalue dapat menjadi alasan untuk mempercayai bahwa pasar overvalue.
Pasar Efisien. Investor yang berpedoman pada efisiensi pasar percaya bahwa harga pasar sepanjang waktu merupakan estimasi terbaik nilai sesungguhnya dari perusahaan dan biaya mengeksploitasi efisiensi pasar lebih besar dari imbal-baliknya. Investor juga percaya bahwa informasi secara cepat dan akurat diserap pasar, investor marjinal cepat mengeksploitasi tiap adanya ketidakefisienan harga pasar, penyebab ketidakefisienan pasar adanya friksi seperti biaya transaksi dan tidak dapat terjadi arbitrase. Penilaian dapat berguna dalam menentukan mengapa saham dijual dengan harga tertentu. Asumsi yang melandasinya adalah bahwa harga pasar merupakan estimasi harga terbaik dari nilai sesungguhnya suatu perusahaan sehingga tujuannya menjadi asumsi tentang pertumbuhan dan risiko yang diimplikasikan pada harga pasar tersebut, bukan mencari saham overvalue atau undervalue.
Penilaian dalam Analisis Akuisisi
Penilaian memainkan peran utama dalam analisis akuisisi. Perusahaan induk (bidding firm) harus memutuskan harga wajar (fair value) dari perusahaan yang akan diakuisisi atau perusahaan target (target firm) sebelum membuat keputusan pembelian. Selain itu, perusahaan yang akan diakuisisi juga harus melakukan penilaian sebelum membuat keputusan menerima atau menolak tawaran pembelian. Beberapa faktor yang mempengaruhi penilaian dalam akuisisi adalah (1) dampak sinergi penggabungan pada nilai dua perusahaan harus disadari sebelum melakukan keputusan akuisisi, dan (2) dampak pada nilai atas perubahan manajemen dan rekayasa bisnis (restructuring) perusahaan target harus dimasukkan dalam menentukan nilai wajarnya terutama pada akuisisi bukan suka rela (hostile takeover).
Namun, terdapat bias dalam penilaian yaitu penilaian optimis dari perusahaan target terutama akuisisi bukan suka rela dan mencoba meyakinkan pemegang sahamnya bahwa harga yang ditawarkan terlalu rendah. Sebaliknya, perusahaan induk melakukan penilaian yang terlalu rendah pada perusahaan target karena alasan strategis.
Penilaian dalam Keuangan Korporat
Tujuan pengelolaan keuangan korporat adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan yaitu digambarkan dalam hubungan antara keputusan keuangan, strategi perusahaan dan nilai perusahaan. Saat ini banyak perusahaan konsultan memberikan saran untuk meningkatkan nilai perusahaan yang menjadi dasar untuk melakukan rekayasa bisnis. Nilai perusahaan dapat langsung terkait dengan keputusan yang dibuat yaitu tentang proyek apa saja yang dikerjakan, bagaimana pendanaannya dan bagaimana kebijakan dividennya. Pemahaman hubungan ini merupakan kunci untuk membuat keputusan meningkatkan nilai dan merekayasa ulang perusahaan dengan wajar.

Masih Mitos-Mitos

Berbagai mitos muncul berkaitan dengan penilaian. Kita akan membahas mitos-mitos tersebut dan menolak beberapa yang mempunyai dasar logika salah. Setidaknya terdapat enam mitos dalam penilaian berkaitan dengan objektivitas penilaian, waktu, estimasi, model penilaian, efisiensi pasar dan proses penilaian.
Mitos 1: Model penilaian yang kuantitatif menyebabkan penilaian menjadi obyektif.
Penilaian adalah bukan ilmu atau juga bukan pencarian obyektif untuk nilai sebenarnya. Model yang digunakan dalam penilaian mungkin berupa model kuantitatif, tetapi masukan model tersebut justru banyak memungkinkan terjadinya pertimbangan subyektif. Dengan demikian, nilai akhir yang diperoleh dari hasil penghitungan model-model tersebut terdapat bias terutama pada prosesnya.
Solusi nyata adalah mengurangi semua bias sebelum memulai suatu penilaian walaupun tidak semudah mengatakannya. Penilaian dengan menggunakan data publik seperti informasi eksternal, analisis dan opini tentang suatu perusahaan juga tidak mungkin lepas dari bias. Setidaknya terdapat dua cara untuk menghindari bias dalam proses penilaian. Pertama, menghindari mengambil posisi publik yang kuat pada penilaian suatu perusahaan sebelum penilaian selesai. Pada banyak kasus, keputusan apakah suatu perusahaan undervalue atau overvalue lebih dahulu dibuat daripada penilaian aktual sehingga menghasilkan bias yang serius. Kedua, meminimalkan spekulasi apakah suatu perusahaan undervalue atau overvalue sebelum melakukan penilaian.
Perhatian institusional memainkan peran dalam menentukan tingkat bias. Misalnya, telah diketahui kenyataan bahwa para analis ekuitas sering membuat rekomendasi beli daripada jual (dengan kata lain para analis sering menemukan perusahaan yang undervalue daripada yang overvalue). Hal ini dapat ditelusuri bagian per bagian kesulitan-kesulitan yang dihadapi para analis dalam memperoleh akses dan mengumpulkan informasi atas perusahaan yang mereka rekomendasikan jual. Selain itu juga terdapat tekanan dari manajer portofolio yang mungkin mempunyai saham dalam jumlah signifikan pada suatu perusahaan. Tren yang terjadi saat krisis keuangan di Indonesia diperburuk oleh analis ekuitas yang memberikan rekomendasi pada investasi perbankan.
Penilaian oleh pihak ketiga juga berpotensi menimbulkan bias yang timbul dari analis itu sendiri. Oleh karena itu, keputusan harus berhati-hati sebelum mengambil penilaian analis tersebut sebagai dasarnya. Misalnya, penilaian sendiri oleh perusahaan yang akan di-takeover akan menimbulkan bias. Namun demikian, hal ini tidak membuat penilaian menjadi tidak berguna hanya memerlukan kehati-hatian dalam melakukan penilaian.
Mitos 2: Penelitian dan penilaian yang baik adalah tidak tepat waktu.
Nilai yang diperoleh dari setiap model penilaian dipengaruhi oleh informasi perusahaan dan informasi pasar. Konsekuensinya, nilai perusahaan akan berubah ketika ada infromasi baru yang diungkapkan. Penilaian berjalan cepat dan harus diperbarui untuk merefleksikan infrormasi terkini berdasarkan informasi yang ada di pasar. Informasi tersebut mungkin berupa informasi spesifik perusahaan, mempengaruhi keseluruhan sektor atau berupa ekspektasi untuk semua perusahaan.
Contoh paling umum informasi spesifik perusahaan adalah laporan pendapatan yang tidak hanya berupa informasi kinerja perusahaan terakhir saja tetapi lebih penting lagi berisi model bisnis yang diadopsi perusahaan. Beberapa kasus, informasi baru dapat mempengaruhi penilaian pada semua perusahaan dalam satu sektor.
Terakhir, informasi berkaitan dengan ekonomi negara dan tingkat bunga mempengaruhi penilaian ekonomi. Pelemahan dalam ekonomi akan menuntun pada penilaian ulang tingkat pertumbuhan dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan. Demikian pula, perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi semua investasi pada tingkat yang berbeda.
Mitos 3: Penilaian yang baik menghasilkan estimasi penilaian yang tepat.
Penilaian yang rinci dan dilakukan dengan sangat hati-hati masih memungkinkan timbulnya ketidakpastian tentang nilai akhir yang dipengaruhi oleh asumsi tentang masa depan perusahaan dan ekonomi makro. Oleh karena itu, tidak realistik untuk memperkirakan atau meminta penilaian yang pasti absolut karena arus kas dan tingkat diskonto merupakan prakiraan. Hal ini juga berarti bahwa analis harus memperhatikan marjin kesalahan dalam membuat rekomendasi yang berbasis penilaian.
Tingkat keakuratan dalam penilaian sangat beragam dalam suatu investasi. Penilaian perusahaan besar dan dewasa dengan sejarah panjang keuangan biasanya lebih akurat daripada penilaian pada perusahaan muda dalam suatu sektor dan dalam kondisi chaos. Perusahaan dewasa lebih mudah dinilai daripada perusahaan yang sedang tumbuh dan perusahaan muda lebih sulit dinilai daripada perusahaan dengan produk dan pasar yang telah mapan. Permasalahannya tidak terletak pada model penilaian yang digunakan, tetapi dalam melakukan estimasi masa mendatang. Beberapa investor dan analis menggunakan ketidakpastian tentang masa depan atau ketidakadaan informasi sebagai justifikasi tidak melakukan penilaian secara penuh. Kenyataannya, dampak bias penilaian lebih besar pada perusahaan semacam itu.
Mitos 4: Suatu model yang lebih kuantitatif menghasilkan penilaian yang lebih baik.
Model yang lebih lengkap dan komplek sepertinya menghasilkan penilaian yang lebih baik, tetapi tidak demikian seharusnya. Model yang semakin komplek memerlukan masukan (input) yang lebih banyak pula sehingga potensi kesalahan (pada masukan tersebut) semakin besar. Permasalahan ini semakin rumit ketika model menjadi sangat komplek menyebabkan penilaian gagal dan yang menjadi kambing hitam adalah model yang digunakan bukan para analisnya.
Setidaknya terdapat tiga poin penting dalam penilaian. Pertama, prinsip parsimoni (hemat) yang menyatakan bahwa Anda tidak perlu menggunakan lebih banyak masukan selain yang Anda butuhkan untuk menilai suatu aset. Kedua, terdapat trade-off antara tambahan manfaat dari model yang lebih rumit dan estimasi biaya (dan kesalahan) yang disebabkan semakin kompleksnya model. Ketiga, model tidak menilai perusahaan, Anda yang menilainya. Kenyataannya, permasalahan yang sering kita hadapi dalam penilaian adalah bukan sedikitnya informasi yang ada namun justru terlalu banyak informasi dan memisahkan informasi yang berguna dengan yang tidak menjadi penting dalam model dan teknik penilaian yang digunakan menilai suatu perusahaan.
Mitos 5: Dalam suatu penilaian agar menghasilkan keuntungan maka Anda harus berasumsi bahwa pasar tidak efisien.
Asumsi implisit dalam penilaian bahwa pasar membuat kesalahan dan kesalahan dapat ditemukan meskipun menggunakan informasi yang pula oleh ribuan investor lainnya, sehingga sangat beralasan dikatakan bahwa mereka yang percaya pasar efisien seharusnya menerima harga pasar sebagai estimasi terbaik. Pernyataan ini, tidak merefleksikan kontradiksi internal diantara pelaku pasar. Mereka yang percaya bahwa pasar efisien masih merasakan bahwa penilaian memberikan kontribusi, terutama ketika dibutuhkan untuk menilai dampak perubahan cara bisnis perusahaan atau untuk memahami mengapa harga pasar berubah tiap waktu. Lebih jauh lagi, tidaklah jelas bagaimana pasar menjadi efisien pada pertama kali jika investor tidak mencari perusahaan yang undervalue atau overvalue dan memperdagangkannya berdasarkan penilaian tersebut. Dengan kata lain, prasyarat efisiensi pasar adalah adanya jutaan investor yang percaya bahwa pasar tidak efisien.
Di pihak lain, mereka yang percaya bahwa pasar membuat kesalahan dan membeli atau menjual saham atas dasar itu harus percaya bahwa akhirnya pasar akan mengkoreksi kesalahan-kesalahan tersebut (menjadi efisien) karena hal inilah yang akan menghasilkan keuntungan. Hal ini adalah pengertian tidak efisiensi mandiri yang adil. Dengan demikian, pasar tidak efisien hingga Anda ambil posisi signifikan pada suatu saham yang Anda percaya mempunyai harga murah tetapi akan menjadi efisien setelah Anda ambil posisi.
Pendekatan terbaik adalah memandang efisiensi pasar sebagai suatu skeptis. Pengetahuan bahwa disatu pihak pasar membuat kesalahan dan dipihak lain menemukan kesahalan tersebut membutuhkan kombinasi keahlian dan keberuntungan. Pandangan tentang pasar mengantarkan pada suatu kesimpulan yaitu (1) jika sesuatu tampak terlalu sempurna untuk benar –suatu saham tampak jelas undervalue atau overvalue– hal ini mungkin tidak benar, (2) jika nilai dari suatu analisis secara signifikan berbeda dari harga pasar maka mulailah dengan anggapan bahwa pasar benar lalu Anda harus yakin bahwa hal ini bukan alasan sebelum Anda menyimpulkan bahwa saham undervalue atau overvalue. Standar yang lebih tinggi ini menyebabkan Anda berhati-hati dalam melakukan penilaian tetapi bukan hasil yang diinginkan.
Mitos 6: Hasil penilaian adalah yang paling penting, sedangkan proses penilaian tidak penting.
Penilaian yang difokuskan pada hasil akhirnya mempunyai risiko dan kehilangan beberapa hal bernilai dalam prosesnya. Proses penilaian dapat menginformasikan tentang penentuan nilai dan membantu menjawab beberapa pertanyaan dasar seperti: Berapa harga yang wajar dibayarkan untuk pertumbuhan tinggi? Berapa nilai suatu merek? Seberapa penting untuk meningkatkan imbal-hasil suatu proyek? Apa dampak marjin profit pada nilai perusahaan? Proses informasi sangat informatif meskipun bagi mereka yang percaya bahwa pasar adalah efisien dan percaya harga pasar adalah estimasi terbaik masih dapat menemukan kegunaan model penilaian ini.

Appraisal Myths on the Fly

Dulu ada seseorang bernama Si Fulan dideskripsikan sebagai seorang yang “mengetahui semua harga tetapi tidak bernilai” Perumpamaan Si Fulan ini dapat dengan baik menjelaskan kepada para analis dan investor tentang sejumlah orang dalam teori investasi disebut sebagai “bigger fool” yang mengemukakan argumentasi bahwa nilai suatu aset tidak relevan selama masih terdapat “bigger fool” diantara investor yang mempunyai keinginan membeli suatu aset dari investor lainnya. Hal ini menjadi dasar memperoleh profit tetapi menjadi permainan yang berbahaya karena tidak ada jaminan bahwa investor “bigger fool” akan terus ada ketika waktu menjual datang.
Asumsi yang tepat adalah bahwa investor tidak akan membayar suatu aset melebihi nilainya. Pernyataan ini mempunyai logika jelas, nyata dan bijak. Namun, hal ini sering dilupakan dan ditemukan kembali pada tiap generasi dan tiap pasar. Sebagian orang berargumentasi bahwa nilai aset terdapat didepan mata investor dan bahwa tiap harga dapat disesuaikan jika terdapat investor yang menginginkan membeli aset pada harga tersebut. Hal ini menggelikan. Persepsi tersebut mungkin benar jika aset tersebut adalah lukisan atau barang antik, tetapi investor tidak (memang seharusnya tidak) membeli sebagian aset dengan alasan emosional (emotional buyer) atau rasa seni. Aset keuangan dibeli berdasarkan ekspektasi arus kasnya yang dapat diperoleh investor. Dengan demikian, persepsi nilai aset harus didasarkan pada kenyataan yang mempengaruhi harga yang dibayarkan yaitu merefleksikan arus kas yang diperkirakan akan dihasilkan dari aset tersebut. Model penilaian yang dikemukakan selanjutnya berdasarkan pada tingkat arus kas dan ekspektasi pertumbuhannya.
Terdapat berbagai area dalam penilaian termasuk bagaimana melakukan estimasi nilai sesungguhnya dan berapa lama harga suatu aset menyesuaikan dengan harga sesungguhnya. Hal ini masih banyak diperdebatkan, namun hal yang pasti tidak terdapat perdebatan adalah bahwa harga aset tidak dapat disesuaikan hanya dengan argumen terdapat investor lain yang ingin membayar dengan harga lebih tinggi di masa mendatang.

Financial Revolution on the Fly

Pengantar Penilaian Aset
Setiap aset, baik aset finansial maupun aset riil, pasti mempunyai nilai. Kunci sukses investasi dan pengelolaan aset-aset tersebut terletak pada pemahaman pada nilai aset serta yang tidak kalah penting adalah memahami sumber nilainya. Sebenarnya, setiap aset dapat dinilai namun ada aset yang mudah dinilai dan ada pula yang relatif lebih sukar dinilai. Lebih jauh lagi, penilaian yang lebih rinci berbeda tergantung pada jenis aset yang dinilai. Oleh karena itu, menilai saham akan berbeda dengan menilai properti. Namun yang membuat menarik adalah perbedaan penilaiannya bukan terletak pada teknik penilaian itu sendiri namun lebih pada tingkat persamaan dalam prinsip-prinsip dasar yang akan Anda temukan dalam pembahasan dalam buku ini. Hal lain yang berkaitan dengan penilaian adalah ketidakpastian yang sering muncul dari aset yang sedang dinilai.
Dasar filosofis penilaian aset (selanjutnya disebut penilaian), bersama-sama dengan pembahasan bagaimana melakukan penilaian dari manajemen portofolio hingga keuangan korporat.