Rabu, 23 Juli 2008

Masih Mitos-Mitos

Berbagai mitos muncul berkaitan dengan penilaian. Kita akan membahas mitos-mitos tersebut dan menolak beberapa yang mempunyai dasar logika salah. Setidaknya terdapat enam mitos dalam penilaian berkaitan dengan objektivitas penilaian, waktu, estimasi, model penilaian, efisiensi pasar dan proses penilaian.
Mitos 1: Model penilaian yang kuantitatif menyebabkan penilaian menjadi obyektif.
Penilaian adalah bukan ilmu atau juga bukan pencarian obyektif untuk nilai sebenarnya. Model yang digunakan dalam penilaian mungkin berupa model kuantitatif, tetapi masukan model tersebut justru banyak memungkinkan terjadinya pertimbangan subyektif. Dengan demikian, nilai akhir yang diperoleh dari hasil penghitungan model-model tersebut terdapat bias terutama pada prosesnya.
Solusi nyata adalah mengurangi semua bias sebelum memulai suatu penilaian walaupun tidak semudah mengatakannya. Penilaian dengan menggunakan data publik seperti informasi eksternal, analisis dan opini tentang suatu perusahaan juga tidak mungkin lepas dari bias. Setidaknya terdapat dua cara untuk menghindari bias dalam proses penilaian. Pertama, menghindari mengambil posisi publik yang kuat pada penilaian suatu perusahaan sebelum penilaian selesai. Pada banyak kasus, keputusan apakah suatu perusahaan undervalue atau overvalue lebih dahulu dibuat daripada penilaian aktual sehingga menghasilkan bias yang serius. Kedua, meminimalkan spekulasi apakah suatu perusahaan undervalue atau overvalue sebelum melakukan penilaian.
Perhatian institusional memainkan peran dalam menentukan tingkat bias. Misalnya, telah diketahui kenyataan bahwa para analis ekuitas sering membuat rekomendasi beli daripada jual (dengan kata lain para analis sering menemukan perusahaan yang undervalue daripada yang overvalue). Hal ini dapat ditelusuri bagian per bagian kesulitan-kesulitan yang dihadapi para analis dalam memperoleh akses dan mengumpulkan informasi atas perusahaan yang mereka rekomendasikan jual. Selain itu juga terdapat tekanan dari manajer portofolio yang mungkin mempunyai saham dalam jumlah signifikan pada suatu perusahaan. Tren yang terjadi saat krisis keuangan di Indonesia diperburuk oleh analis ekuitas yang memberikan rekomendasi pada investasi perbankan.
Penilaian oleh pihak ketiga juga berpotensi menimbulkan bias yang timbul dari analis itu sendiri. Oleh karena itu, keputusan harus berhati-hati sebelum mengambil penilaian analis tersebut sebagai dasarnya. Misalnya, penilaian sendiri oleh perusahaan yang akan di-takeover akan menimbulkan bias. Namun demikian, hal ini tidak membuat penilaian menjadi tidak berguna hanya memerlukan kehati-hatian dalam melakukan penilaian.
Mitos 2: Penelitian dan penilaian yang baik adalah tidak tepat waktu.
Nilai yang diperoleh dari setiap model penilaian dipengaruhi oleh informasi perusahaan dan informasi pasar. Konsekuensinya, nilai perusahaan akan berubah ketika ada infromasi baru yang diungkapkan. Penilaian berjalan cepat dan harus diperbarui untuk merefleksikan infrormasi terkini berdasarkan informasi yang ada di pasar. Informasi tersebut mungkin berupa informasi spesifik perusahaan, mempengaruhi keseluruhan sektor atau berupa ekspektasi untuk semua perusahaan.
Contoh paling umum informasi spesifik perusahaan adalah laporan pendapatan yang tidak hanya berupa informasi kinerja perusahaan terakhir saja tetapi lebih penting lagi berisi model bisnis yang diadopsi perusahaan. Beberapa kasus, informasi baru dapat mempengaruhi penilaian pada semua perusahaan dalam satu sektor.
Terakhir, informasi berkaitan dengan ekonomi negara dan tingkat bunga mempengaruhi penilaian ekonomi. Pelemahan dalam ekonomi akan menuntun pada penilaian ulang tingkat pertumbuhan dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan. Demikian pula, perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi semua investasi pada tingkat yang berbeda.
Mitos 3: Penilaian yang baik menghasilkan estimasi penilaian yang tepat.
Penilaian yang rinci dan dilakukan dengan sangat hati-hati masih memungkinkan timbulnya ketidakpastian tentang nilai akhir yang dipengaruhi oleh asumsi tentang masa depan perusahaan dan ekonomi makro. Oleh karena itu, tidak realistik untuk memperkirakan atau meminta penilaian yang pasti absolut karena arus kas dan tingkat diskonto merupakan prakiraan. Hal ini juga berarti bahwa analis harus memperhatikan marjin kesalahan dalam membuat rekomendasi yang berbasis penilaian.
Tingkat keakuratan dalam penilaian sangat beragam dalam suatu investasi. Penilaian perusahaan besar dan dewasa dengan sejarah panjang keuangan biasanya lebih akurat daripada penilaian pada perusahaan muda dalam suatu sektor dan dalam kondisi chaos. Perusahaan dewasa lebih mudah dinilai daripada perusahaan yang sedang tumbuh dan perusahaan muda lebih sulit dinilai daripada perusahaan dengan produk dan pasar yang telah mapan. Permasalahannya tidak terletak pada model penilaian yang digunakan, tetapi dalam melakukan estimasi masa mendatang. Beberapa investor dan analis menggunakan ketidakpastian tentang masa depan atau ketidakadaan informasi sebagai justifikasi tidak melakukan penilaian secara penuh. Kenyataannya, dampak bias penilaian lebih besar pada perusahaan semacam itu.
Mitos 4: Suatu model yang lebih kuantitatif menghasilkan penilaian yang lebih baik.
Model yang lebih lengkap dan komplek sepertinya menghasilkan penilaian yang lebih baik, tetapi tidak demikian seharusnya. Model yang semakin komplek memerlukan masukan (input) yang lebih banyak pula sehingga potensi kesalahan (pada masukan tersebut) semakin besar. Permasalahan ini semakin rumit ketika model menjadi sangat komplek menyebabkan penilaian gagal dan yang menjadi kambing hitam adalah model yang digunakan bukan para analisnya.
Setidaknya terdapat tiga poin penting dalam penilaian. Pertama, prinsip parsimoni (hemat) yang menyatakan bahwa Anda tidak perlu menggunakan lebih banyak masukan selain yang Anda butuhkan untuk menilai suatu aset. Kedua, terdapat trade-off antara tambahan manfaat dari model yang lebih rumit dan estimasi biaya (dan kesalahan) yang disebabkan semakin kompleksnya model. Ketiga, model tidak menilai perusahaan, Anda yang menilainya. Kenyataannya, permasalahan yang sering kita hadapi dalam penilaian adalah bukan sedikitnya informasi yang ada namun justru terlalu banyak informasi dan memisahkan informasi yang berguna dengan yang tidak menjadi penting dalam model dan teknik penilaian yang digunakan menilai suatu perusahaan.
Mitos 5: Dalam suatu penilaian agar menghasilkan keuntungan maka Anda harus berasumsi bahwa pasar tidak efisien.
Asumsi implisit dalam penilaian bahwa pasar membuat kesalahan dan kesalahan dapat ditemukan meskipun menggunakan informasi yang pula oleh ribuan investor lainnya, sehingga sangat beralasan dikatakan bahwa mereka yang percaya pasar efisien seharusnya menerima harga pasar sebagai estimasi terbaik. Pernyataan ini, tidak merefleksikan kontradiksi internal diantara pelaku pasar. Mereka yang percaya bahwa pasar efisien masih merasakan bahwa penilaian memberikan kontribusi, terutama ketika dibutuhkan untuk menilai dampak perubahan cara bisnis perusahaan atau untuk memahami mengapa harga pasar berubah tiap waktu. Lebih jauh lagi, tidaklah jelas bagaimana pasar menjadi efisien pada pertama kali jika investor tidak mencari perusahaan yang undervalue atau overvalue dan memperdagangkannya berdasarkan penilaian tersebut. Dengan kata lain, prasyarat efisiensi pasar adalah adanya jutaan investor yang percaya bahwa pasar tidak efisien.
Di pihak lain, mereka yang percaya bahwa pasar membuat kesalahan dan membeli atau menjual saham atas dasar itu harus percaya bahwa akhirnya pasar akan mengkoreksi kesalahan-kesalahan tersebut (menjadi efisien) karena hal inilah yang akan menghasilkan keuntungan. Hal ini adalah pengertian tidak efisiensi mandiri yang adil. Dengan demikian, pasar tidak efisien hingga Anda ambil posisi signifikan pada suatu saham yang Anda percaya mempunyai harga murah tetapi akan menjadi efisien setelah Anda ambil posisi.
Pendekatan terbaik adalah memandang efisiensi pasar sebagai suatu skeptis. Pengetahuan bahwa disatu pihak pasar membuat kesalahan dan dipihak lain menemukan kesahalan tersebut membutuhkan kombinasi keahlian dan keberuntungan. Pandangan tentang pasar mengantarkan pada suatu kesimpulan yaitu (1) jika sesuatu tampak terlalu sempurna untuk benar –suatu saham tampak jelas undervalue atau overvalue– hal ini mungkin tidak benar, (2) jika nilai dari suatu analisis secara signifikan berbeda dari harga pasar maka mulailah dengan anggapan bahwa pasar benar lalu Anda harus yakin bahwa hal ini bukan alasan sebelum Anda menyimpulkan bahwa saham undervalue atau overvalue. Standar yang lebih tinggi ini menyebabkan Anda berhati-hati dalam melakukan penilaian tetapi bukan hasil yang diinginkan.
Mitos 6: Hasil penilaian adalah yang paling penting, sedangkan proses penilaian tidak penting.
Penilaian yang difokuskan pada hasil akhirnya mempunyai risiko dan kehilangan beberapa hal bernilai dalam prosesnya. Proses penilaian dapat menginformasikan tentang penentuan nilai dan membantu menjawab beberapa pertanyaan dasar seperti: Berapa harga yang wajar dibayarkan untuk pertumbuhan tinggi? Berapa nilai suatu merek? Seberapa penting untuk meningkatkan imbal-hasil suatu proyek? Apa dampak marjin profit pada nilai perusahaan? Proses informasi sangat informatif meskipun bagi mereka yang percaya bahwa pasar adalah efisien dan percaya harga pasar adalah estimasi terbaik masih dapat menemukan kegunaan model penilaian ini.

Tidak ada komentar: